Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Proses Wawancara Beasiswa Turki, Pengalaman Wawancara di Kedutaan Turki Jakarta

Bagi kalian yang membaca tulisan ini, pasti sedang melamar beasiswa Turki atau bisa jadi beasiswa yang lain dan hendak mempersiapkan wawancara. Saya ucapkan selamat dan semoga berhasil.

Kali ini saya hendak berbagi pengalaman mengenai wawancara Beasiswa Turki di Kedutaan Turki Jakarta.

Proses Wawancara Beasiswa Turki

Saya ucapkan juga ucapkan selamat bagi para applicant yang mendapatkan undangan wawancara karena anda sudah sangat dekat dengan kesempatan memperoleh beasiswa. 

Mengapa sangat dekat? Karena kalian telah berhasil mengalahkan kandidat-kandidat lain dalam proses seleksi berkas dimana mereka berjumlah puluhan ribu dari siswa seluruh dunia.

Baca Juga: Tips dan Trik Wawancara Beasiswa Turki

Menurut laporan resmi dari pihak YTB, untuk pelamar periode 2016/2017, ada 92.780 pelamar yang berasal dari 170 negara. 

Dari jumlah pelamar sebanyak itu, diundanglah pelamar sebanyak 10.000 kandidat untuk wawancara selama bulan April, Mei, dan Juni secara face to face di 100 negara.


Lho katanya dari 170 negara, kok interview-nya di 100 negara? Mungkin saja mereka menggunakan Skype karena memang pihak YTB menyediakan fasilitas wawancara Skype ketika wawancara tidak dimungkinkan secara face to face.

Pemberitahuan wawancara disampaikan melalui email, dan ada juga yang mendapatkan notifikasi melalui sms. 

Saya sendiri mendapatkan email pemberitahuan pada malam hari jam 11 WIB dan baru tahu siang harinya sehingga cepat-cepat melakukan persiapan untuk menghadiri wawancara.

Karena saya salah dalam menuliskan nomor hp di form aplikasi. Padahal disana saya menuliskan dua nomor, nomor saya dan nomor isteri saya, dan dua-duanya salah.

Di dalam email disebutkan lengkap dimana saya wawancara beserta jamnya. Setelah membaca pemberitahuan, saya membuka aplikasi di website dan saya mendapati informasi yang sama berupa undangan interview. 

Disana juga ada tombol attending supaya diklik untuk konfirmasi bahwa saya akan menghadiri undangan wawancara tersebut.

Baca Juga: Tradisi Minum Teh Turki Yang Bisa Bikin Bagaikan Jadi Orang Turki

NB. Sebelum mendaftar, saya punya teman di Istanbul yang berangkat tahun 2014, sebelum berangkat pernah bilang pada saya kalau sudah diundang interview, kemungkinan mendapatkan beasiswa menjadi semakin lebar. Menurut saya ini benar, karena jika yang diundang interview ada 10.000 dan diterima 4.000, maka saya punya kesempatan 50 % sekian untuk mendapatkan beasiswa.

Persiapan Berangkat Ke Jakarta Untuk Wawancara Beasiswa Turki

Persiapan dimulai dengan pesan tiket kereta api, perlengkapan selama di Jakarta, dan mempersiapkan dokumen-dokumen yang diperlukan. 

Adapun dokumen-dokumen yang perlu untuk dibawa adalah dokumen yang kita upload pada saat pendaftaran online. Berikut list dokumen yang saya bawa saat interview:
  • Kartu Tanda Penduduk Asli
  • Kartu Keluarga Asli
  • Akta Kelahiran Asli (Translate Bahasa Inggris)
  • Ijazah Aliyah Asli (Translate Bahasa Inggris)
  • Ijazah S1 beserta Transkrip Asli (Translate Bahasa Inggris)
  • Ijazah S2 beserta Transkrip Asli (Translate Bahasa Inggris)
  • Surat Rekomendasi Berbahasa Inggris dari 2 Professor dan 1 Lembaga tempat bekerja
  • Print Undangan Interview
  • Tiga buah buku Terbit Nasional
  • Sertifikat-sertifikat berupa
  • Sertifikat Tahfidz Al-Qur’an 10 Jus
  • Sertifikat Pembicara Seminar Hadis
  • Sertifikat Juara 1 MTQ Kediri
  • Sertifikat Pembina Aksioma Level Provinsi
  • Sertifikat ICT Information and Communication Technology
  • Sertifikat Pembina IPNU-IPPNU Ancab
  • Sertifikat Pelatih Software Maktabah Syamilah
  • Sertifikat Peserta MTQ Provinsi
  • Sertifikat BIMTEK Kurikulum K13
  • Sertifikat TOT Guru
  • Sertifikat Kuliyah Kerja Nyata S1
  • Sertifikat Juara 1 Debat Kontes Tafsir Hadis SMA/MA Kabupaten
  • Sertifikat MQK Level Provinsi

Menurut pengalaman saya, ada juga pelamar yang membawa tulisan yang pernah dimuat di majalah atau Koran. Ada pula yang membawa thesis. 

Menurut saya, bawa saja dokumen yang relevan yang mungkin sekali menjadi poin penting untuk menambah nilai diri kita.

Berangkat Ke Jakarta Untuk Wawancara Beasiswa Turki

Setelah packing, saya meluncur di antarkan mertua ke Stasiun Kertosono jam setengah 1 siang dan berangkat jam setengah 2. Sampai di Jakarta Stasiun Pasar Senen jam 4 pagi. Setelah shalat lalu mencari penginapan yang dekat dengan Kedubes Turki.

Penting sekali bagi kawan-kawan yang akan interview di Jakarta untuk mencari penginapan sebelum berangkat.

Bagi yang punya kerabat maupun teman di Jakarta hal ini menjadi mudah. Tetapi bagi saya yang orang desa tanpa kerabat di Jakarta dan uang saku nipis ini cukup rumit jika tidak punya kenalan di Jakarta. 

Saat di kereta saya sudah coba searching penginapan murah dekat Kedubes dengan Traveloka. Lalu saya dapat penginapan murah yang tidak terlalu jauh dari Kedubes.

Tepatnya saya menginap di Kost dan Penginapan Syariah 37 yang terletak di Kalibata. Semalam non AC tarifnya 100.000, sedangkan untuk AC ditarif 150.000.

Baca Juga: Main Bersama Anak di Turki Main Kejar-kejaran Bersama Burung Merpati

Setiap perjalanan saya memanfaatkan layanan Go-Jek karena saya dapat bonus Topup 100.000. Jadi mulai dari Pasar Senen, Kedubes, dan penginapan saya selalu menggunakan Gojek. Selain Anti Macet, Gojek efektif bagi saya karena saya bingung kalau naik angkot.

Jangan lupa untuk pergi ke kedubes satu hari sebelum wawancara kalau belum tahu tempatnya. Jangan sampai tidak mengetahui tempat wawancara dan baru cari besoknya sebelum wawancara. Bahasa jawanya jangan sampi “kedandapan” (kelabakan).

Ndak lucu juga kalau sudah rapi dan siap-siap wawancara tapi tidak jadi wawancara karena ndak tahu dimana wawancaranya.

Berangkat Ke Kedubes untuk Wawancara Beasiswa Turki

Saya dapat interview jam 11.00 tetapi saya sudah standby jam 10.00. Saya berangkat lebih awal karena Jakarta yang macet tidak bisa diprediksi berapa lama kita berada di perjalanan. Sebelum berangkat saya mengecek kelengkapan dokumen dan memperhatikan etika berpakaian.

Saya berpakaian agak Islami karena pakai Kopyah. Sampai kedubes sama abang Satpam dibilang kayak Penghulu. Tapi intinya pakian kasual yang biasa tapi rapi. Saya lihat ada yang pakai seragam SMA, ada juga yang seperti mahasiswa Indo pada umumnya.

Setelah datang di Kedutaan, KTP akan ditinggal di pos satpam. Saya beserta beberapa peserta lainnya mengantri untuk masuk ke dalam ruang interview. Di kedubes aturannya ketat sekali. 

Tidak boleh foto-foto, bahkan diluar gerbang sekalipun. Hape dan tas ditingal di pos satpam. Hanya dokumen dan air minum saja yang boleh dibawa ke dalam gedung.

Masuk ke kedubes sama saja dengan masuk ke Negara turki seperti yang dibilang bang satpam, “Kamu menginjakkan kaki di kedubes ini sama dengan kamu menginjakkan kaki di turki”.

Baca Juga: Mencicipi Kelezatan Cig Kofte Makanan Olahan Daging mentah Khas Turki

foto di area Kedubes Turki seakan tidak memungkinkan.

Hingga akhirnya kawan saya yang memfotokan dari sisi yang tak terlihat.

Ternyata di dalam gedung telah ada beberapa peserta yang menunggu interview. Sebelum masuk ke ruang interview, peserta masuk ke dalam sebuah ruang tunggu yang ornamennya bergaya Turki-turki gitu.

Ada motif ala timur tengah tetapi sedikit berbau gaya eropa dengan warna krem yang kalem. Saya mengamati atap dan karpet serta sekeliling ruangan yang terasa adem ayem. Saya berfikir, ow gini to rasanya tinggal di Turki.

Wawancara dilakukan satu persatu. Di ruang suasananya cukup relaks sehingga saya tidak merasakan rasa gugup. Cuma waktu itu ada seorang peserta S3 yang keluar ruangan seperti habis berantem. Wajahnya gugup dan kelihatan panik, ndk fokus.

Keluar dari pintu ruang interview dianya mondar-mandir ndak jelas dan bingung pintu keluar di mana (padahal pintu keluar di depannya). 

Ternyata si doi debat panas sama yang menginterview sampai dehidrasi gitu. Saya dan teman yang nunggu jadi gugup membayangkan apa saja yang terjadi saat interview.

Pas Wawancara Beasiswa Turki

Setelah menunggu sekitar 15 menit giliran saya dipanggil masuk ke ruang interview. Saat masuk ruangan ada tiga wajah tersenyum kepada saya. 3 orang Turki Asli, yang kiri berumur sekitar 50 tahun, yang tengah 60 tahunan, dan yang paling kanan berumur kisaran 35 (di depannya ada laptop). Saya dipersilahkan duduk dan diminta untuk menyerahkan dokumen. 

Saat duduk saya bilang, “Merhaba Beyler”. Bapak paling kiri langsung memandang saya (kayak kaget saya pakai bahasa turki). Lalu yang tengah bilang, “Your documents please”, lalu saya menyerahkan dokumen saya sambil bilang, “Evet”. 

Lalu bapak yang kiri bilang “Turkce biliyor musun”? (Apakah kamu tahu bahasa turki?) saya menjawab, “Evet, Biras Turkce Biliyorum. Ama turkcam iyi degil) (Iya, Saya tahu sedikit bahasa turki. Tetapi Bahasa turki saya tidak bagus). 

Lalu ditanya lagi, “Nerede ogrendin?” (Kamu belajar dimana) Saya jawab, “Evde ogrendim (Saya belajar dirumah), Lalu bapaknya bilang (mengulangi), “Evde” (Rumah).

Baca Juga: Cara Jitu Mendapatkan Beasiswa Sekolah Gratis Dalam dan Luar Negeri Bagi Mahasiswa Nilai Pas-pasan

Ternyata benar kalau orang turki suka kaget kalau ada orang asing yang bisa berbahasa turki. Saya memang sengaja untuk belajar bahasa turki karena saya berpikiran dengan belajar sejak awal akan mempermudah dalam perjalanan saya berikutnya. 

Saya belajar otodidak dengan menghafal 1000 kosakata umum sampai-sampai nyuci popok si kecil Afqa pun sambil listening.

Setetelah ramah tamah itu saya baru memasuki babak interview yang katanya memang tidak mudah untuk level S3. Denger-denger kabar dari grup peserta interview, pertanyaan untuk S1 katanya mudah-mudah, bahkan masuk dalam kategori “dagelan”. 

Gimana tidak, ada yang ditanya papa tinggal dimana, mama bagaimana. Pertanyaannya mama-papa, walaupun mungkin tidak semuanya. Tetapi yang saya rasakan pada interview S3 cukup bikin mual.

Awalnya saya disuruh untuk memperkenalkan diri. Tapi saat saya memperkenalkan diri (pakai bahasa Inggris), bapak-bapak itu pada sibuk. 

Bapak yang kiri dan tengah sibuk melihat dokumen kayak rebutan. Dan abang yang kanan sibuk mantengin laptop, sampai saya berhenti bicara mereka baru memperhatikan.

Lalu saya di tanya sama bapak yang tengah kapan saya lulus s2 dan saya menulis tesis tentang apa saja dan disuruh menjelaskan resumnya. Saya menulis tentang kemiskinan dalam al-Qur’an. 

Dan akhirnya abang paling kanan tanya ada berapa ayat dan hadis yang berbicara tentang kemiskinan. Selesai menjawab, bapak yang kiri bertanya pakai bahasa arab intinya apakah saya pernah ke Medinah dan apa lagi saya lupa.

Baca Juga : Orang Desa Main Salju di Tanah Anatolia Konya Turki

Suasana terus memanas (lebay). Lalu saya disuruh menyebutkan kelompok-kelompok keagamaan yang ada di turki, mulai kelompok Ghullen, Said Nursi sampai Partai Pekerja Kurdistan. Dalam titik ini saya mulai mumet karena ternyata pertanyaan yang saya persiapkan secara matang hampir 90-80 persennya tidak keluar.

Tapi untungnya saya cukup intens membaca perkembangan sosial politik dan ekonomi Negara turki. Saya juga ditanya buku-buku yang dikarang oleh cendekiawan turki. Dan saya teringat Said Nursi dengan Risalah Al-Nur-nya. Alhamdulillah.

Tiga buku yang saya lampirkan ternyata tidak sia-sia. Saya bilang “Those are my books, you can find it at every big book store in every corner of Indonesia”. Lalu bapak yang tengah bilang, “So you are a famous man” saya cuma senyum dan bilang “Maybe” (malu-malu kucing). Abang paling kanan bilang, “It’s cannot be opened” Karena bukunya memang masih di sampul plastik. Lalu saya bilang “You can open that anyway”.

Lalu buku saya dibuka satu dan membaca isinya bahasa Indonesia abangnya bilang, “I cannot read this book”. Mereka mulai senyum, dan saya hampir garuk-garu kepala. Abangnya lalu buka-buka dan tanya judul saja, dan saya mentranslatenya ke dalam bahasa Inggris. 

Bapak yang tengah menanggapi pada buku saya yang berjudul Mengubah Nasib Dengan Al-Qur’an, dan beliau bilang, “Do you think you the destiny can be changed?” saya menjawab “Yes it is. As Allah Said, "Innallaha la yugyayyiru ma biqaumin hatta yughayyiru ma bi anfusihim"

God doesn’t change destiny of people until they change it by theirselves”

Bapak tengah itu pun manggut-manggut. Dalam hati saya lega, kemudian saya bilang kepada mereka, “Those are for you. Please take it.” Tapi bapaknya bilang, “I cannot to read it, if it was written in english I will taket it. I am an academician when I cannot to read a book so I will not take it.” Dalam hati, “Ya sudah”. Lalu saya dipersilahkan untuk meninggalkan interview. Mereka juga bilang untuk mengecek email pada tanggal tertentu. Saya mohon undur diri dan keluar dengan perasaan lega.

Baca Juga: Tips Jalan-jalan ke Istanbul Turki Biar Hemat, Jalan-Jalan ala Backpacker

Setelah keluar ruangan disambut oleh peserta lainnya yang tidak aku kenal. Duduk sebentar menenangkan diri lalu keluar kedubes dan memesan Gojek. Sambil nunggu sempat curi foto di depan gerbang kedubes untuk kenang-kenangan. 

Terimakasih kepada Mbak Lucky yang sudah memfoto dengan Apple-nya, jadi fotonya lumayan bagus. Ndk seperti hp saya, nokia Asha yang kurang greget.

Saat dibonceng oleh bang Gojek sempet ada perasaan menyesal. Menyesal entah mengapa aku pas wawancara terasa kurang full performanya. 

Tapi aku merasa sudah persiapan penuh jadi serahkan saja kepada Yang Maha Kuasa. Aku cepat-cepat menuju Stasiun pasar senen karena kereta dari Jakarta menuju Kediri akan berangkat jam setengah dua.

Kiat-Kiat Wawancara Beasiswa Turki

Berikut ini saya tulis kiat-kiat Wawancara Beasiswa Turki, juga saya telah menulis tulisan lainnya yang saya sarankan kepada pembaca untuk membacanya: Tips dan Trik Wawancara Beasiswa Turki

Juga silahkan baca tentang 15 pertanyaan yang sering ditanyakan oleh pewawancara dan cara menjawabnya disini: 15 Pertanyaan Dalam Wawancara Beasiswa Paling Populer dan Cara Jitu Menjawabnya

Dan berikut ini adalah cara untuk mempersiapkan dan melewati wawancara beasiswa Turki:

1. Kuasai materi wawancara

Ini mutlak karena wawancara intinya adalah mengetahui secara langsung bagaimana kemampuan kita tentang seluk-beluk studi kita. Wawancara juga bertujuan untuk mengetes apakah kita layak untuk mengambil studi tersebut. Studi tidak hanya belajar dari nol, tetapi kita sudah punya dasar dan menguasai dasar tersebut agar kita bisa dengan mudah menyelesaikan studi kita di Turki kelak.

Kuasai letter of intents yang sudah ditulis. Hafalkan, kalau perlu setiap hari dibaca untuk persiapan jika ada pertanyaan tentang letter kita. Jangan sampai kita ditanya tentang proposal kita dalam letter of intents tetapi kita lupa atau tidak tahu isinya.

Pertanyaan wawancara kadang tidak sesuai dengan prosedur wawancara. Iya, dalam prosedur wawancara ditulis bahwa saya akan ditanya tentang proposal saya. Tetapi praktiknya tidak seperti itu. Oleh karenanya, kita harus punya banyak persiapan.

Baca banyak-banyak tentang Turki, kebudayaannya, kecenderungannya, situasi politik, ekonomi, dan sosial yang up to date. Baca hal-hal pokok sampai hal-hal yang hampir bersinggungan dengannya. Ribet? Memang untuk menjadi besar pasti perlu usaha. Yang seperti ini tidak hanya kalian. Semua juga berusaha.

Jangan berpikiran bahwa nanti dapat pertanyaan yang mudah. Ingat kata bijak seorang panglima perang di Cina (lupa namanya). Dalam berperang, jangan berharap musuh itu lemah, tetapi fokuslah pada persiapan yang matang.

2. Hadirkan Nilai Lebih

Buatlah pewawancara terkesima dengan anda. Persenjatai diri anda dengan kelebihan yang bisa anda temukan dan anda jangkau (usahakan). Jadikanlah diri anda unik dan layak untuk mendapatkan beasiswa. 

Contoh yang saya lakukan, saya membekali diri saya dengan keunikan, membawa buku yang sudah saya tulis dan telah diterbitkan skala nasional. Bukan hanya 1, tapi 3 buah. Padahal saya sudah menulis 5 buku, tetapi yang berkaitan dan mungkin saya bahwa adaah 3 itu. Buku itu menjadi senjata saya dalam wawancara.

Contoh lain, saya belajar bahasa Turki secara intens selama beberapa bulan. Saya paham dari bacaan-bacaan yang pernah say baca kalau orang Turki mudah takjub pada orang asing yang bisa bahasa mereka. Saya pun berusaha untuk belajar bahasa Turki, mulai menggunakan aplikasi android (duolingo, memrise), berteman dengan orang Turki (ada belasan), bahkan hingga membuat grup belajar bahasa Turki.

Saya listening, menghafal 1000 kosakata umum (niat banget), bahkan sambil nyuci popok tetep saja listening. Pada puncaknya saya mencoba mengetes kemampuan bahasa Turki, Alhamdulillah ndk bagus-bagus amat tapi saya puas, dapat level A1 (apa itu A1, silahkan searching tabel penilaian level language proficiency berdasarkan satuan ABC-kayak kecap aja).

Saat wawancara saya sempat berbahasa Turki, dan ini menurut saya menjadi poin penting dalam wawancara saya. 

Aku juga beranggapan kalau seorang pewawancara itu pasti memiliki pengetahuan akan banyak hal karena mereka mewawancarai banyak calon mahasiswa dengan latarbelakang pendidikan yang berbeda. Anggapan ini tidak salah. 

Mereka memahami bahasa Arab, sehingga aku ditanya juga menggunakan bahasa Arab. Sebenarnya tergantung jurusan juga sih, aku ditanya bahasa Arab karena mengambil bidang keislaman. Denger-denger dari peserta lain ternyata mereka juga bisa bahasa Jerman. Mungkin saja mereka memahami bahasa-bahasa internasional lainnya.

3. Tampillah Sebagaimana Seseorang yang Sedang Wawancara

Maksudnya apa nih? Iya maksudnya kalau wawancara ya wajarnya orang wawancara itu gimana. Perhatikan pakaiannya, etikanya gimana. 

Saat wawancara etikanya gimana. Jangan sampai kita wawancara tetapi sikapnya kayak berada di warteg. Jangan sampai telat, bawa dokumen yang diminta untuk dibawa. Pelajarilah tutorial wawancara beasiswa melalui video-video yang ada di Youtube. Banyak kok.

Video Pengalaman Mendaftar Beasiswa Turki
Video Pengalaman Proses Pendaftara Beasiswa Turki
Video Pengalaman Wawancara

Jangan Lupa Share ya, di fb, twitter, grup wa, dll. Biarkan artikel ini memberi inspirasi kepada yang lain. Semoga amal kita dibalas dengan kebaikan amin.

Dalam video di atas saya telah menjelaskan tentang pengalaman waktu apply serta tahap-tahap dalam mendaftar beasiswa Turki ini. Semoga menginspirasi dan bermanfaat.